JAKARTA| H9
Awal tahun 2022 menjadi momentum bagi para
calon investor dan investor di pasar modal untuk mulai berinvetasi. Bagi
investor baru, saatnya menyusun portofolio dan bagi investor yang telah
menghitung hasil investasinya di tahun lalu, saatnya melakukan rebalancing atas
portofolio yang dimiliki.
Portofolio investasi (investment portfolio) adalah kumpulan instrumen investasi yang dimiliki seorang investor atau sekumpulan investor. Portofolio dibuat sebagai strategi memaksimalkan tingkat keuntungan dalam berinvestasi dan meminimalisasi risiko. Dalam dunia investasi ada istilah “Jangan simpan telur-telurmu dalam satu keranjang” (Don’t put your eggs in one basket).
Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Wilayah Sumut, Pintor Nasution mengatakan istilah ini dipopulerkan legenda investor pasar
modal, Warren Buffet. Artinya, seorang investor harus memiliki sejumlah
instrumen investasi atau melakukan diversifikasi atas dana investasi miliknya.
Portofolio juga diartikan sebagai kumpulan dari instrumen investasi yang
dibentuk untuk memenuhi sasaran atau tujuan investasi.
Tujuan portofolio investasi bergantung pada
target individu masing-masing investor. Portofolio disebut juga kumpulan aset
investasi, yang bisa terdiri atas instrumen-instrumen investasi di pasar modal,
seperti saham, obligasi, juga bisa berupa alokasi dalam bentuk investasi di
sektor properti, emas, atau penempatan dana pada deposito, produk-produk
derivatif atau instrumen lainnya. Pada
setiap jenis investasi dibuat lagi portofolionya masing-masing.
Artikel ini akan memfokuskan pada portofolio
saham di pasar modal. Setiap investor bisa memiliki berbagai jenis portofolio
investasi, tetapi bisa hanya satu atau dua portofolio investasi saja, Portofolio
saham adalah kumpulan aset investasi berupa saham yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Dalam menyusun portofolio investasi, seorang investor
sebaiknya melakukan diversifikasi. Atau memiliki lebih dari satu saham. Semakin
beragam saham perusahaan di dalam portofolio, semakin rendah risiko investasi.
Berapa jumlah ideal saham yang ada dalam
portofolio investasi? Tidak ada ukuran yang pasti, tetapi indikatornya, semakin
banyak dan terdiversifikasi, maka semakin baik. Ada indeks saham yang
menghitung pergerakan saham-saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar
yang besar, dan didukung fundamental yang baik seperti indeks LQ45, Investor 33,
IDX-30, dll, ada pula indeks saham yang berisi 20 saham pemberi dividen
terbesar (IDX High Dividen 20). Komposisi saham yang masuk dalam perhitungan
indeks-indeks saham ini bisa dijadikan rujukan untuk memilih saham yang akan
diinvestasikan.
Namun, bisa saja investor mengisi portofolio investasi kurang dari 20 saham, sesuai dana investasi yang disiapkan. Karena semakin banyak saham yang dibeli tentunya semakin besar modal yang harus disiapkan seorang investor. Yang jelas, tujuan penyusunan portofolio dilakukan dengan menghitung potensi return dan jangka waktu yang disiapkan investor dalam merealisasikan tujuannya. Jika investor hanya menaruh dana investasinya di satu saham misalnya, maka potensi risiko terhadap dana investasi tersebut akan tinggi.
Karena jika satu saham yang dimilikinya tersebut mengalami penurunan
harga maka semua dana yang dimilikinya akan berkurang. Namun, jika dana
tersebut dibelikan sejumlah saham atau dibentuk portofolio, bisa jadi tidak
semua saham dalam portofolio miliknya mengalami penurunan harga.
Pembentukan portofolio diawali dengan
mengidentifikasi saham-saham mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana
yang akan ditanamkan pada masing-masing saham tersebut. Sehingga akan terbentuk suatu portofolio yang optimum,
yaitu portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak saham yang tercatat
di BEI. Per 5 Januari 2022, ada sebanyak 767 saham tercatat di BEI. Pilih juga
saham-saham dari sektor usaha yang berbeda-beda, sehingga jika ada salah satu
sektor yang tengah tidak baik kondisinya, misalnya akibat situasi ekonomi atau
faktor lain, tidak semua dana investasi milik investor ikut anjlok.
Tentunya portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor masing-masing dengan return maupun terhadap risiko yang dapat ditanggungnya. Ketahui lebih dahulu profil risiko masing-masing investor dan jangka waktu investasi. Jika tidak memahami, minta bantuan konsultan finansial atau dealer yang ada di perusahaan sekuritas tempat investor membuka rekening saham.(PP-04/rel)