Sejarah mencatat, Nasionalisme
Indonesia semakin bergetar ketika secara bergotong royong menghadapi penjajah
(kolonialisme dan imperialisme kuno/modern) yang lambat laun disadari bahwa
sesungguhnya sasaran utama bangsa Barat
itu adalah membatasi kaum pribumi untuk memperoleh Pendidikan, terutama
kalangan masyarakat perdesaan yang jumlahnya dominan di Indonesia. Dengan
semangat kebersamaan para tokoh Nasional/pendiri bangsa memikirkan jauh ke
depan yang akan dihadapi pasca penjajahan berfokus berjuang agar terlepas dari
penjajah (merdeka). Tertancaplah tekad bahwa untuk membangun Indonesia
seutuhnya hanya dengan cara menciptakan SDM unggul sebagaimana telah disepakati
secara nasional dan sampai kini pun tidak terubahkan yakni tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu melindungi segenap bansa Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.
“Mencerdaskan kehidupan bangsa”
memiliki makna bahwa bangsa ini menggencarkan pembangunan SDM unggul, yang
berarti kalau Indonesia mau maju dan dapat bersaing dengan negara lain maka
kunci utamanya adalah membangun SDM unggul sesuai talenta-talenta yang dimiliki
orangnya. Pertanyaannya adalah sejauhmana Desa melalui perpustakaannya
menciptakan SDM unggul dimaksud.
Sebagai informasi, Indonesia adalah negara
luas dengan jumlah penduduknya saat ini
270 juta bermukim di 83.843 desa atau sebesar 43,3 % pada tahun 2020 ((BPS).
Memang diakui, persentase penduduk yang tingggal di perkotaan terus
meningkat diprediksi pada tahun 2035
sebesar 66,6% {BPS} bahkan Bank Dunia lebih ekstrim lagi yakni tahun 2045 ada
sekitar 70% berada di perkotaan dari populasi penduduk tanah air. Lalu darimana
penduduk itu bertambah signifikan? Hasil penelitian mengungkapkan, selain
adanya transformasi pembentukan kota-kota baru ternyata akibat urbanisasi besar-besaran
dimana orang desa berlomba-lomba ke kota mendapatkan kebutuhan lebih cepat
daripada di Desa. Persoalan ini lah yang harus dicari jalan keluarnya oleh Desa
karena perpindahan penduduk ke kota dengan SDM biasa-biasa akan membuat
permasalahan social yang lebih rumit tentunya.
Sesungguhnya Pemerintah RI telah
membuat kebijakan melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
informasi bagi semua elemen masyarakat dengan meningkatkan literasi menuju
kecerdasan agar dapat mengambil peran serta berkemampuan berpartisipasi mengisi
kemerdekaan baik secara fisik maupun non fisik. Pemerintah Desa selaku unit
terbawah bertanggungjawab atas masyarakatnya
untuk membentuk SDM unggul dan salah satu konsepnya adalah melalui
Pemberdayaan Perpustakaan Desa berbasis inklusi social, artinya apabila ada
“good will” para pemangku kepentingan tidak sulit menempa orang menjadi unggul.
SDM unggul tentu dapat diukur dari
berbagai sudut pandang, namun intinya adalah seseorang itu unggul karena sudah
berbuat untuk orang banyak, menjadi motivator, sehat, cerdas, sejahtera dan mau
mentransfer ilmunya kepada orang lain.
Kata
kunci: Perpustakaan Desa, SDM Unggul, Inklusi Sosial
Challenging
questions for Librarians/Library Managers/Literacy Activists and even Village
Governments became the motivation for the writer to elaborate based on
experience since working at the Regional Office for Industry and Trade, SU
(1991-2006); SU's National Library Agency (2006-2013); PMD SU Service
(2013-2021); Department of Manpower and Transmigration (2021-2022) and
Department of Library and Archives of North Sumatra Province (2022 – present).
History
records that Indonesian nationalism vibrated even more when working together to
face the colonialists (colonialism and ancient/modern imperialism) which
gradually realized that the main target of the Western nation was to limit the
indigenous people from obtaining education, especially among the rural
communities whose numbers were dominant in Indonesia. With the spirit of
togetherness, the national figures/founders of the nation thought about the
future that would be faced after the colonial era, focusing on fighting to be
free from the invaders (independence). There is a determination that to build
Indonesia as a whole only by creating superior human resources as agreed
nationally and until now it has not been changed, namely in the fourth
paragraph of the Preamble to the 1945 Constitution, namely protecting the
entire nation of Indonesia, promoting general welfare, educating the nation's
life and participating in carrying out world order. .
"Educating
the nation's life" means that this nation is intensifying the development
of superior human resources, which means that if Indonesia wants to progress
and be able to compete with other countries, the main key is to build superior
human resources according to the talents of its people. The question is to what
extent the Village through its library creates the said superior human
resources.
For
information, Indonesia is a large country with a current population of 270
million living in 83,843 villages or by 43.3% in 2020 ((BPS). 6% {BPS} even the
World Bank is even more extreme, namely in 2045, around 70% will live in urban
areas of the country's population. Then where did this significant increase in
population come from? The results of the study reveal that apart from the
transformation of the formation of new cities, it is due to large urbanization.
the scale where rural people are competing to get to the city to get their
needs faster than in the village.This is the problem that must be found by the
village because the migration of people to the city with ordinary human
resources will create more complicated social problems, of course.
In
fact, the Government of the Republic of Indonesia has made a policy through
equal distribution of opportunities to obtain education and information for all
elements of society by increasing literacy towards intelligence so that they
can take part and have the ability to participate in filling independence both
physically and non-physically. The Village Government as the lowest unit is
responsible for the community to form superior human resources and one of the
concepts is through Village Library Empowerment based on social inclusion,
meaning that if there is "good will" the stakeholders are not
difficult to forge people to be superior.
Superior
human resources can certainly be measured from various points of view, but the
point is that someone is superior because he has done for many people, is a
motivator, is healthy, intelligent, prosperous and willing to transfer his
knowledge to others.
Keywords: Village Library, Excellent Human Resources, Social Inclusion
Secara sederhana, Perpustakaan Desa adalah
lembaga layanan public yang berada di pedesaan.
Sebagai unit layanan maka pengembangannya dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat sekitar, bertujuan memberikan
pelayananan, memenuhi kebutuhan,
dilakukan oleh warga yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, informasi, pendidikan
serta rekreasi seluruh lapisan masyarakat dan menjadi pusat kegiatan masyarakat
meningkatkan kesejahteraannya .
Sedangkan menurut Surat Keputusan (SK)
Mendagri dan Otonomi Daerah No. 3 Tahun 2001, Perpustakaan Desa adalah
perpustakaan masyarakat sebagai salah satu sarana/ media untuk meningkatkan dan
mendukung kegiatan Pendidikan masyarakat pedesaan, merupakan bagian inetgral dari pembangunan desa.
Dari definisi di atas secara sederhana terdapat paling tidak 3 (tiga) unsur penting perpustakaan desa yakni :
1) Sebagai sarana, atau media atau pusat belajar;
2) Sebagai institusi layanan public memenuhi kebutuhan informasi;
3) Bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan desa yang diselenggarakan masyarakat desa;
Dari analisis berbagai sumber maka dapat disimpulkan tujuan Perpustakaan Desa antara lain untuk : menunjang kegiatan wajib belajar. Dengan adanya Perpustakaan Desa yang didukung Anggaran Dana Desa atau Dana Desa, maka di setiap Desa tidak akan ditemukan lagi masyarakat yang buta huruf (sesuai umur belajar).
1) Menunjang kegiatan wajib belajar. Dengan adanya Perpustakaan Desa yang didukung Anggaran Dana Desa atau Dana Desa, maka di setiap Desa tidak akan ditemukan lagi masyarakat yang buta huruf (sesuai umur belajar).
2) Menunjang kegiatan Pendidikan sepanjang hayat dan literasi untuk kesejahteraan. Artinya, dengan adanya Perpustakaan Desa maka adanya jaminan seluruh masyarakatnya menjadi literatur untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Seseorang yang belajar sepanjang hayat melalui membaca dan memaknai buku yang dibaca menjadikannya mampu berproduksi barang atau jasa yang memiliki nilai tambah tentunya.
3) Menyediakan bahan perpustakaan (buku dan non buku) terkait kegiatan masyarakat sesuai potensi desa masing-masing (misalnya : pertanian, perikanan, perkebunan, pariwisata, dan lain-lain).
4) Menggerakkan minat dan budaya baca. Srtiap waktu luang dimanfaatkan untuk menciptakan masyarakat yabf kreatif, produkstif, dinamis, berdaya saing, mandiri dan terukur (SDM unggul)
5) Menyimpan, menyelematkan dan mendayagunakan dokumen budaya (hasil cipta, karya) sebagai sumber informasi/penerangan, pembangunan dan penambah wawasan pengetahuan
6) Memberikan semanangat dan hiburan yang sehat sekaligus sarana rekreasi masyarakat desa
7) Mendidik masyarakat untuk dapat memproduksi barang dan jasa menjadi bernilai tambah melalui literasi informasi
Hasil identifikasi terkait manfaat dan pentingnya Perpustakaan Desa bagi masyarakat desa antara lain :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat desa
Contoh : Potensi desa cocok dengan peternakan, maka dengan membaca berbagai buku peternakan ditambah adanya pendampingan dari Pemerintah atau NGO maka produktifitas bisa ditingkatkan, nilai ekonomi bertambah.
Contoh : Rekreasi itu sangat penting, menghilangkan penat/rutinitas, maka perlu pengisian energi kembali dengan membaca berbagai buku hiburan seperti cerpen, cerita rakyat, dan lain-lain
Contoh : Adanya buku-buku baru yang lagi populer (“best seller”) bisa menambah pengetahuan dan bisa bersaing dengan masyarakat di perkotaan
Contoh : Menumbuhkan minat/gemar membaca harus dimulai sejak usia dini, bahkan lebih ekstrim, ibu hamil pun harus rajin membaca agar anaknya kelak terbiasa membaca (terdapat hubungan emosional)
Dari
struktur di atas maka peranan Kepala Desa sangat penting untuk kemajuan
Perpustakaan Desa menciptakan SDM unggul. Dengan adanya kemauan bersama
disamping adanya ketersediaan anggaran dari Dana Desa maka tidak terlalu surat
sesungguhnya mengembangkannya. Adanya elemen masyarakat lain seperti pendamping
desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya secara bersinergi mau bekerja
untuk kesejahteraan masyarakat desa.
SDM Unggul dapat dilahirkan Perpustakaan Desa apabila diselenggarakan sesuai tugas dan tanggung jawab pengelola perpustakaan tersebut yakni :
a. Menghimpun, mendayagunakan, membina dan memelihara secara permanen bahan-bahan yang terkumpul dalam perpustakaan berupa buku-buku, majalah-majalah, brosur-brosur, manual-manual untuk kepentingan masyarakat
b. Mengolah, mengelola bahan-bahan dimaksud dengan suatu system, prosedur dan mekanisme meliputi kegiatan-kegiatan katalogisasi, klasifikasi, pencatatan, pengkodean dan berbagai jenis kegiatan perpustakaan lain sampai kepada melayani pemustaka
c. Menyebarluaskan kembali dalam arti melayani masyarakat sesuai dengan keperluannya terhadap perpustakaan, membantu para masyarakat dalam mencari penemuan-penemuan baru, serta membantu para pelajar, siswa/mahasiswa yang berkepentingan terhadap perpustakaan desa.
d. Secara sistematik dapat dideskripsikan sbb.
Strategi
Perpustakaan Desa yang diterapkan adalah harus adil bagi setiap pemustaka, karena
biasanya masyarakat desa memiliki satu ikatan yang erat (hubungan emosional
yang tinggi). Peran itu ditujukan dalam pemenuhan kebutuhan informasi
masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas masyarakat desa, seperti menggelorakan
Gerakan Literasi Desa, Wajib Baca Buku, Meng-óff”-kan media social dan TV pada
malam hari saat jam belajar anak-anak, menghargai kreatifitas masyarakat/anak-anak
serta menyebarkannya kepada orang lain untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Perpustakaan merupakan agen perubahan menjadikan masyarakat desa literasi atas informasi, menjadi cerdas dan ilmiah (learning society) sekaligus pembentuk kepribadian masyarakat mandiri dan kreatif yang akhirnya unggul dalam segala aspek kehidupan (sebaiknya tidak langsung percaya atas informasi yang bersiliweran/hoaks).
***